Keutamaan Membaca Shalawat Di Hari Jumat

Hari jum’at adalah sayyidul ayyaam (pemimpin hari) dan hari yang paling agung dan paling utama di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pada hari yang mulia dan agung ini kita diperintahkan untuk memperbanyak shalawat untuk manusia yang paling mulia dan agung, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ

“Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi kematian seluruh makhluk. Oleh karena itu perbanyaklah shalawat di hari Jum’at, karena shalawat akan disampaikan kepadaku….” (HR. Abu Dawud, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dari hadits Aus bin Aus)

Fadhilah Sholawat Di Hari Jumat

 

Memperbanyak shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada hari Jum’at yang menjadi sayyidul ayyam menunjukkan kemuliaan pribadi beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai sayyidul anam (pemimpin manusia).

Shalawat termasuk ibadah yang paling afdhal. Dan dilaksanakan pada hari Jum’at jauh lebih utama daripada dilaksanakan pada hari selainnya, karena hari Jum’at memiliki keistimewaan dibandingkan hari yang lain. Dan melaksakan amal yang afdhal pada waktu yang afdhal adalah lebih utama dan lebih bagus. (lihat ‘Aunul Ma’bud: 2/15)

Setiap kebaikan yang diperoleh seorang hamba dalam urusan diennya adalah berkat jasa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau telah berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mendakwahkan dan menyebarkan Islam.

Berkat kerja keras beliau dalam dakwah, kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian dan tantangannya, Islam bisa sampai kepada kita. Sebagai bentuk syukur dan terima kasih kita kepada beliau, Allah perintahkan bershalawat untuk beliaushallallahu ‘alaihi wasallam.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)


Kapan mulai membaca shalawat?


Membaca shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallampada hari Jum’at bisa dimulai sejak malam harinya. Hal ini didasarkan pada hadits Anas bin Malik, bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَىَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَمَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada pada hari Jum’at dan malam Jum’at. Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kalim niscaya Allah bershalwat kepada sepuluh kali.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Kubranya dan dinytakan oleh Syaikh al Albani dalam Ash Shahihah, sanadnya shalih).


Dari Aus bin Aus radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Di antara hari terbaik kalian adalah hari Jum’at, . . . maka perbanyaklah shalawat atasku pada hari itu, karena shalawatmu akan disampaikan padaku.”

Para shahabat berkata: “Ya Rasulallah, bagaimana shalawat kami atasmu akan disampaikan padamu sedangkan kelak engkau telah lebur dengan tanah?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi memakan jasad para Nabi.” (HR. Abu Dawud, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dengan sanad yang shahih)

Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad hasan, dari Abu Hurairah radliyallah ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ

“Tak seorang pun yang mengucapkan salam kepadaku melainkan Allah mengembalikan ruhku kepadaku hingga aku menjawab salamnya.” (HR. Abu Dawud, dishahihkan an Nawawi dalam Ar Riyadl dan dihasankan oleh al Albani dalamShahih al Jaami’, no. 5679)

Dari Abdullah bin Amr bin al Ash radhiyallahu anhuma, bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah bershalawat baginya dengan itu sepuluh kali.” (HR Muslim)

Bentuk ucapan shalawat :


Di antara bentuk shalawat terbaik adalah yang terdapat dalam Shahihain, dari Ka’b bin ‘Ujrah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menemui kami, lalu kami berkata: “Ya Rasulallah, kami telah mengetahui bagaimana kami memberi salam kepadamu, maka bagaimana kami bershalawat atasmu?”

Beliau menjawab : “Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shallayta ‘alaa aali Ibraahiim. Innaka hamiidum majiid. Allaahumma baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarakta ‘alaa aali Ibraahiim. Innaka hamiidum majiid.

“Ya Allah sampaikanlah shalawat atas Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana engkau telah sampaikan shalawat atas Nabi Ibrahim dan keluarga-Nya. Sesungguhnya Engkau Dzat Mahaterpuji lagi Mahaagung. Ya Allah, berikah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Dzat Mahaterpuji lagi Mahaagung.” (HR Bukhari dan Muslim)

Di antara bentuk shalawat dan salam yang paling pendek atau ringkas adalah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ
عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ

Imam an Nawawi rahimahullah berkata: “apabila salah seorang kalian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, hendaklah ia menggabungkan antara shalawat dan salam. Tidak boleh ia hanya mengucapkan صَلَّى اللهُ عَلَيهِ saja atau عَلَيْهِ السَّلاَمُ saja.” (Shahih al Adzkaar: I/325)

Ibnu Shalah rahimahullah berkata, “sebaiknya penulis hadits dan para penuntut ilmu menulis shalawat serta salam atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (dengan lengkap), dan ketika menyebutnya jangan bosan mengulang-ulangnya, karena yang demikian itu sangat besar manfaatnya yang akan segera dirasakan oleh penuntut ilmu dan (hadits) dan penulisnya. Barangsiapa yang lalai, maka ia tercegah mendapat pahala yang besar, hendaklah ia tidak memotongnya/tidak menyingkat ketika menulisnya.” (Ilumul Hadits, karya Ibnu Shalah, hal. 124)

Manfaat Membaca Surah Al Mulk

Melimpahnya keberkahan dari sisi Allah Yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Mulk: 1)

Keutamaan Surah Al Mulk


Tabaaroka bermakna banyaknya keberkahan dan kebaikan dari sisi Allah, semakin bertambah pemberian-Nya dan nikmat tersebut terus tetap ada. Juga tabaaroka bermakna Maha Suci Allah (dari berbagai kekurangan) dan Maha Besar. Berkah sendiri diartikan dengan sesuatu yang bertambah dan terus tetap ada. [1]

Maksud di tangan-Nya segala kerajaan yaitu seluruh kerajaan baik di dunia maupun di akhirat. Allah adalah pengatur seluruh makhluk sesuai dengan kehendak-Nya dan tidak ada yang dapat melawan ketetapan-Nya. Dia tidak ditanya tentang apa yang Dia kerjakan. Karena Dia lah yang Maha Menundukkan, segala perbuatan-Nya dibangun di atas hikmah dan Dia Maha Adil. [2]

Allah memiliki tangan yang layak bagi-Nya dan sesuai dengan kemuliaan-Nya

Dalam ayat ini menunjukkan bahwa Allah memiliki tangan sesuai dengan kemuliaan-Nya dan tidak serupa dengan makhluk. Adapun tangan Allah dalam Al Qur’an kadang disebut dengan menggunakan bentuk tunggal (mufrod), kadang dengan menyebutkan dua tangan dan kadang pula disebut dengan bentuk jama’.

Namun perlu diketahui bahwa Allah memiliki dua tangan berdasarkan dalil-dalil berikut ini:

Pertama, ayat yang menjelaskan bahwa Allah mencela Iblis yang enggan sujud kepada Adam yang telah Dia ciptakan dengan kedua tangan-Nya. Allah berfirman (artinya),

“Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.” (Shaad: 38)

Kedua, ayat yang menjelaskan perbuatan orang Yahudi yang selalu menghina Allah. Allah berfirman (artinya),

“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki.” (Al Ma-idah: 64)

Ketiga, hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar yang menunjukkan bahwa Allah memiliki tangan kanan dan tangan kiri yang sesuai dengan kemuliaan-Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Allah ‘azza wa jalla akan melipat langit pada hari kiamat nanti kemudian Dia akan memegang langit tersebut dengan tangan kanan-Nya. Allah pun berkata, “Aku adalah Raja. Manakah mereka yang sering bertindak zalim dan manakah orang-orang yang sombong?” Kemudian Allah melipat bumi dengan tangan kiri-Nya. Allah pun berkata, “Aku adalah Raja. Manakah mereka yang sering bertindak zalim dan manakah orang-orang yang sombong?”.” (HR. Muslim no. 2788)

Dalil-dalil ini menunjukkan bahwa Allah memiliki dua tangan. Adapun ayat yang menyebutkan tangan Allah dengan bentuk tunggal (sebagaimana dalam surat Al Mulk ayat 1), maksudnya adalah untuk menunjukkan keumuman. Karena apabila kata tunggal disandarkan pada kata lain yang dalam bahasa arab diistilahkan dengan bentuk “mudhof - mudhof ilaih”, maka akan menunjukkan makna umum. Sehingga apabila tangan dalam bentuk tunggal disandarkan pada Allah, maka itu juga menunjukkan makna umum. Dari sini menunjukkan bahwa tangan Allah tidak dibatasi satu saja.

Adapun beberapa ayat kadang pula menyebut tangan Allah dengan bentuk jamak seperti firman Allah (artinya),

“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan tangan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya?” (Yaasin: 71)

Bentuk jamak di sini dimaksudkan untuk pengagungan dan bukan menunjukkan bahwa tangan Allah itu banyak lebih dari dua. Semoga kita memahami hal ini. [3]

Makna ayat “Dia Maha Kuasa ata segala sesuatu” adalah segala perbuatan yang Allah kehendaki, Dia Maha Mampu, tidak ada satupun yang dapat menghalangi perbuatan-Nya. Tidak ada ketidak mampuan atau kelemahan yang menghalangi Allah untuk berbuat. Allah memberi dan memuliakan siapa saja yang Dia kehendaki. Dia pun menyiksa dan menterlantarkan siapa saja yang Dia kehendaki. [4]

“Yang menjadikan (BiHi: menciptakan) mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Al Mulk: 2)

IBNU Katsir mengatakan bahwa dari ayat ini menunjukkan kalau maut itu adalah sesuatu yang ada dan ia adalah makhluk. [1] Maut adalah makhluk karena maut itu diciptakan.

Maut diciptakan dalam bentuk domba. Jika ia melewati sesuatu pasti akan mati. Sedangkan hayat (kehidupan) diciptakan dalam bentuk kuda. Jika ia melewati sesuatu pasti akan hidup. Inilah pendapat Maqotil dan Al Kalbiy. [2] Tugas kita hanyalah mengimani maut dan hayat, walaupun keduanya tidak nampak bagi kita (perkara ghaib).

Seorang mukmin adalah seseorang yang beriman pada perkara yang ghaib.

“Orang yang bertaqwa adalah yang mengimani perkara ghaib.” (Al Baqarah: 3)

Ath Thobariy mengatakan bahwa Allah akan mematikan siapa saja dan apa saja. Begitu pula ia akan memberi kehidupan pada siapa saja dan apa saja hingga waktu yang ditentukan. [3]

Dunia Hanyalah Kehidupan Sementara Waktu

Dari ‘Atho’, dari Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Kematian akan ditemui di dunia. Sedangkan kehidupan hakiki adalah di akhirat.” Qotadah mengatakan, “Allah memang menentukan adanya kematian dan kehidupan di dunia. Namun Allah menjadikan dunia ini sebagai negeri kehidupan yang pasti akan binasa. Sedangkan Allah menjadikan negeri akhirat sebagai negeri balasan dan akan kekal abadi.” [4]

Manfaat Surah Al Mulk


Ada beberapa alasan yang disebutkan oleh para ulama:

Alasan pertama: Karena kematian itu akan kita temui di dunia. Sedangkan kehidupan yang hakiki adalah di akhirat. (Lihat perkataan Ibnu ‘Abbas di atas)

Alasan kedua: Segala sesuatu diawali dengan tidak adanya kehidupan terlebih dahulu seperti nutfah, tanah dan semacamnya. Baru setelah itu diberi kehidupan. [5]

Alasan ketiga: Penyebutan kematian lebih dulu supaya mendorong orang untuk segera beramal.

Alasan keempat: Kematian itu masih berupa nuthfah (air mani), mudh-goh (sekerat daging) dan ‘alaqoh (segumpal darah), sedangkan kehidupan jika sudah tercipta wujud manusia dan ditiupkan ruh di dalamnya. [6]

“Supaya Allah menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”

Beberapa tafsiran mengenai “siapakah yang lebih baik amalnya”:

Pertama: siapakah yang paling baik amalannya di antara kita dan nanti masing-masing di antara kita akan dibalas?

Kedua: siapakah yang paling banyak mengingat kematian dan paling takut dengannya?

Ketiga: siapakah yang paling gesit dalam melakukan ketaatan dan paling waro’ (berhati-hati) dari perkara yang haram? [7]

Keempat: siapakah yang paling ikhlas dan paling benar amalannya. Amalan tidak akan diterima sampai seseorang itu ikhlas dan benar dalam beramal. Yang dimaksud ikhlas adalah amalan tersebut dikerjakan hanya karena Allah. Yang dimaksud benar dalam beramal adalah selalu mengikuti petunjuk Nabi. Inilah pendapat Fudhail bin ‘Iyadh.

Kelima: siapakah yang lebih zuhud dan lebih menjauhi kesenangan dunia. Inilah pendapat Al Hasan Al Bashri. [8]


Al Fudhail bin ‘Iyadh tatkala berkata mengenai firman Allah,

لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا


“Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (Al Mulk: 2), beliau mengatakan, “yaitu amalan yang paling ikhlas dan paling showab (sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).”

Al Fudhail bin ‘Iyadh lalu berkata, “Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan tersebut tidak akan diterima. Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan diterima.” [9]

Oleh karena itu, syarat diterimanya ibadah itu ada dua:

Niat yang ikhlas
Mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Jika salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, maka amalan tersebut tertolak. Semata-mata hanya ikhlas dalam beramal, namun tidak ada tuntunan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka amalan tersebut tertolak. Misalnya niatnya ikhlas membaca Al Qur’an, namun dikhususkan pada hari ketujuh kematian orang tuanya, maka amalan ini tertolak karena amalan seperti ini tidak ada tuntunan sama sekali dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam ayat “supaya Allah menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”, di situ tidak dikatakan siapakah yang paling banyak amalannya. Namun dikatakan siapakah yang paling baik amalannya. Sehingga dituntut dalam beramal adalah kualitas (ikhlas dan sesuai tuntunan Nabi), bukan kuantitasnya. [10]

Dalam penutupan ayat kedua dari surat Al Mulk, Allah menyebut (artinya),

“Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Di dalamnya terkandung makna tarhib (ancaman) dan targhib (motivasi). Maksudnya, Allah melakukan segala sesuatu yang Dia inginkan dan tidak ada satu pun yang bisa menghalangi-Nya. Allah akan menyiksa hamba-Nya jika mereka durhaka (enggan taat) pada-Nya dan tidak ada satu pun yang bisa menghalangi-Nya. Namun Allah Maha Menerima Taubat jika hamba yang terjerumus dalam maksiat dan dosa bertaubat dengan kesungguhan pada-Nya. [11]

Allah akan mengampuni setiap dosa walaupun itu setinggi langit dan Dia pun akan menutup setiap ‘aib (kejelekan) walaupun ‘aib itu sepenuh dunia . [12]

Betapa indahnya, jika terus mendalami makna Kitabullah.

“Permisalan orang yang membaca Al Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah utrujah, rasa dan baunya enak. Orang mukmin yang tidak membaca Al Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak beraroma. Orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah bagaikan royhanah, baunya menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al Qur’an bagaikan hanzholah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak.” [13]


Segala puji bagi Allah yang nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Gambaran Padang Mahsyar Tempat Perhitungan Amal Manusia

Manusia-manusia akan digiring ke Mahsyar pada hari kiamat nanti yang pertama dalam keadaan berjalan, kedua mereka yang berkendaraan, dan ketiga mereka yang berjalan dengan menggunakan mukanya (HR. Ath Tirmidzi)

Keadaan Di Padang Mahsyar


Berkumpulnya manusia di padang Mahsyar adalah suatu kepastian. Mereka berada disana setelah bunyi sangkakala ditiup kembali untuk kesekian kalinya membangkitkan mereka yang telah mati.

“Dan ditiuplah sangkakala maka matilah semua yang dilangit dan dibumi. Kecuali yang Allah kehendaki. Kemudian ditiup kembali , maka berdirilah mereka menunggu (QS AZ Zumar : 68)

Setelah itu mereka digiring oleh Tuhan ke suatu tanah lapang yang sangat luas, rata , warnanya putih dan tidak ada tempat persembunyiannya . Itulah gambaran padang mahsyar kata Imam Al Ghazali dalam : Rahasia Hari Kebangkitan.

“Dan ingatlah hari ketika kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami . lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok). (QS An Naml : 83)

Manusia pada saat itu ada yang mukanya seperti kera, babi, dalam keadaan terjungkir kakinya diatas kepalanya dibawah, dalam keadaan buta dan tuli serta tidak berakal, dalam keadaan mengunyah ludahnya sendiri. Sedang lidahnya itu menjulur kebawah sampai dadanya. Dan dari mulutnya keluar nanah yang menjijikkan, dalam keadaan terpotong kedua tangannya dan kedua kakinya , dalam keadaan tersalib di pohon kurma, dalam kedaan berbau busuk, dan dalam keadaan menggunakan pakaian dari ter yang panas. Mereka inilah orang-orang yang tidak mendengarkan ajaran Tuhan. Sementara bagi orang yang bertakwa , wajah mereka berseri-seri dan terlihat tampan sekali. Adanya perbedaan penggambaran beberapa golongan ini secara persis di isyaratkan oleh Tuhan dalam QS Maryam : 85-86,

“Dan ingatlah hari ketika kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan yang Maha Pemurah, sebagai perutusan yang terhormat dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka jahanam dalam keadaan dahaga. “

Ketika Siti Aisyah mendengar Rasulullah bersabda :
Manusia diikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan dan tidak dikhitan, ia bertanya : wahai rasulullah , semua laki-laki dan perempuan saling melihat satu sama lain. Dan Rasul menjawab, wahai Aisyah : Urusan pada saat itu jauh lebih penting ketimbang sekedar memandang satu sama lain (HR Bukhari Muslim)
Allah pun berfirman :

“Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan yang pertama, begitulah Kami mengulanginya. Itulah janji Kami , Kami sungguh akan melaksanakannya” (QS An Ambiya : 104)

Setelah berkumpul di padang mahsyar semua amal perbuatan manusiapun siap-siap untuk dihitung. Namun sebelum itu, mereka mengadakan upacara terlebih dahulu. Dalam upacara itu semua manusia berbaris dan berkumpul dengan pemimpin-pemimpinnya dan imam-imamnya yang mereka ikuti sewakti hidup di dunia.

“ Ingatlah suatu hari yang di hari itu Kami panggil tiap umat dengan pemimpinya “
(QS Al Isra : 71)

Bersamaan dengan itu bendera-bendera spanduk dan panji-panji dipasanng dan dikibarkan sebagai tanda pengenal dan identitas golongan umat manusia. Bendera panji-panji itulah yang disebut Liwaa’ul Hamdi, yang artinya bendera pujian. Umat Islam akan berbaris dengan beberapa barisan dibawah panji-panji sesuai apa yang telah mereka lakukan dalam hidupnya.

Bendera itu dipasang dan dikibarkan oleh orang-orang pilihan :

Bendera Kebenaran (Liwa al shidqi) dikibarkan oleh Abubakar Al Shiddiq
Bendera Fuqaha’ , dikibarkan oleh Mu’adz bin Jabal
Bendera Zuhud , oleh Abu Zarr
Bendera Amal Jariyah (social) oleh Utsman Bin Affan
Bendera Syuhada oleh Ali
Bendera Qurra , oleh Ubay Bin Ka’ab
Bendera Muazin , oleh Bilal
Bendera orang-orang yang dibunuh dengan dianiaya, oleh Sayidina Husein ra

(ref : M Ali Chasan Umar dalam : Mahkamah di Padang Mahsyar , digali dari al Quran dan Hadist , Semarang , CV Toha Putra, 1979)

Selain kondisi manusia yang berbeda-beda sesuai kadar keimanannya , di padang Mahsyar juga cuaca sangat panas. Karena jarak matahari sangat dekat dengan kepala-kepala manusia. Sehingga mereka mengeluarkan peluh yang dapat menenggelamkan mereka.
Sesungguhnya matahari itu dekat pada hari kiamat , sehingga keringat seseorang itu dapat sampai setengah telinganya (Abu Dawud dan Al Hakim)

Namun Allah berkehendak memberikan naungan bagi 7 golongan , yakni :

1. Pemimpin yang adil

2. Remaja yang mengawali keremajaannya dengan beribadah kepada Allah

3. Seorang laki-laki yang hatinya dipertautkan dengan mesjid

4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah

5. Seorang laki-laki yang dirayu oleh seorang wanita , namun menolaknya dan berkata : Sungguh aku takut kepada Allah

6. Seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembuyi

7. Seseorang yang berdikir kepada Allah di tempat yang sunyi sehingga kedua matanya mencucurkan airmata

(Imam Bukhari – Muslim)


Setelah manusia selesai melaksanakan upacara , barulah kemudian amal-amal mereka ditimbang , tidak ada seorangpun yang bisa membantah segala keputusan Allah. Karena sistim peradilan Tuhan sangat adil. Semua anggota badan kita akan menjadi saksi bagi dirinya sendiri.

Menurut riwayat sahabat Ka’ab dan Qatadah, lamanya manusia dan makhluk di padang mahsyar sekitar 300 tahun.

Adapun menurut sahabat Ibnu Umar : lamanya sekitar 50.000 tahun , berdasar pada firman Allah dalam Al Quran Al Ma’arij ayat 4 :

“Naik para malaikat dan jibril kehadirat Allah pada hari kiamat yang lamanya kira-kira 50.000 tahun. “

Demikianlah gambaran keadaan manusia kelak, sangat sulit dibayangkan betapa pedihnya siksa disana , kecuali bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa. Semoga kita termasuk dalam golongan yang mendapatkan naungan Allah … amin Allahumma amin ..



Wallahu'allam,

Keutamaan Membaca Alquran Sampai Menangis

Ada banyak jenis tangis dalam kehidupan kita... Namun tak ada yang lebih baik dibandingkan dengan menangis karena ALLAH, ALLAH yang Maha Suci ...

Mereka menangis karena Allah, dan mereka bergembira karena Allah. Alangkah indah akhlak orang-orang mulia yang berinteraksi dengan Al Quran, yang menjadikan petunjuk hidup bagi manusia. Mereka bukanlah cengeng, dan bukanlah sentimentil .. melainkan Allah mmberi karunia kelembutan hati atas tanda-tanda dan ayat-ayat NYA (menangkap petunjuk Allah) dengan kejernihan hati.

Tak ada balasan yang indah untuk hati yang lembut karena ALLAH, kecuali dipenuhi dengan Cahaya Cinta yang mulia.

Semoga Allah memberi kita rahmat dan karunia bagi kita semua. Aamiin.

Menangis Saat Baca Al Quran


Menangis merupakan sesuatu yang biasa terjadi pada setiap orang. Namun menangis dengan sebab mendengar atau membaca ayat Al-Qur’an tentu merupakan peristiwa yang tidak terjadi pada setiap orang.

Hanya orang-orang yang beriman yang mampu meresapi makna ayat-ayat Al-Qur’an dan memahami kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala yang bisa menetes air matanya saat membaca atau mendengar bacaan Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan pula kelembutan hatinya. Sesungguhnya lunaknya hati dan cucuran air mata di saat membaca Al-Qur’an adalah ciri-ciri orang-orang yang shaleh

Menangis di saat berdzikir dan membaca Al-Qur’an adalah sifat dari orang-orang yang arif dan syiar hamba-hamba Allah yang shalih.

Dalam hal ini Allah memberi pujian bagi mereka yang mampu merasakan dengan hati firman-firman Nya, khusyuk, tunduk dan merendah diri ketika mendengar bacaan Al-Qur’an. Maka barangsiapa yang memiliki hati dan ilmu namun tidak bisa membuatnya menangis maka patut dikatakan ia telah mendapatkan ilmu yang tidak bermanfaat baginya.

Sebagaimana Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.” Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (Al-Isra’: 107-109)

Sesungguhnya apa yang didapati oleh seseorang dari perasaan gemetar pada hatinya, air mata menetes dan tubuh yang merinding di saat mendengar ayat-ayat Allah atau dzikir yang masyru’ (disyariatkan) maka ini adalah seutama-utama keadaan yang telah disebutkan dalam Al-Kitab dan As-Sunnah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.” (Az-Zumar: 23)

Dan Allah berfirman:

“Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (Maryam: 58)

Ibnul Qoyyim menjelaskan menangis itu ada beberapa macam :

- Menangis sebagai curahan kasih sayang dan belas kasih.

- Menangis yang timbul dari perasaan takut dan khasyyah.

- Menangis karena perasaan cinta dan rindu kepada Rabb.

- Menangis sebagai luapan rasa bahagia dan senang.

- Menangis lantaran keluh kesah terhadap perkara yang menyakitkan hati lalu tidak mampu menanggung beban tersebut.

- Menangis yang timbul lantaran perasaan sedih.

Rasulullah SAW menangis sebagai bentuk ungkapan kasih sayang , sebagai ungkapan rasa kekhawatiran dan belas kasih terhadap umatnya dan kadang karena rasa takut kepada Allah atau ketika mendengar Al-Qur’an timbul rasa rindu, cinta dan pengagungan bercampur rasa takut kepada Allah.

Abdullah bin Mas’ud menuturkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacakan (Al-Qur’an) untukku.” Lalu aku katakan: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, aku baca untuk engkau padahal Al-Qur’an turun kepadamu?” Beliau berkata: “Ya, sesungguhnya saya ingin mendengarkannya dari selainku.”

Lalu aku baca surat An-Nisa’ hingga sampai ayat:

“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kamimendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai) umatmu.”

Beliau lantas berkata: “Ya cukup.” Tiba-tiba air mata beliau menetes.

Demikian pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menangis ketika menyaksikan salah satu cucunya yang nafasnya sudah mulai terputus-putur dan ketika putra beliau Ibrahim meninggal, air mata beliau menetes karena belas kasih beliau kepadanya. Beliau juga menangis ketika meninggalnya Utsman bin Madh’un, beliau menangis ketika terjadi gerhana matahari lantas beliau shalat gerhana dan beliau menangis dalam shalatnya, kadang pula beliau menangis di saat menunaikan shalat malam.

Diriwayatkan dari Tsabit Al-Bunaniy dari Muthorrif dari bapaknya berkata: Saya menjumpai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang beliau dalam keadaan shalat, terdengar dalam perut beliau Al-Aziz (seperti suara air yang mendidih dalam mirjal yaitu bejana) maksudnya beliau sedang menangis. (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Abu Dawud)

Terdapat dalam suatu riwayat bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan: Beberapa surat telah membuatku beruban seperti surat Hud, Al-Waqi’ah, Al-Mursalaat, Amma Yatasa’alun dan surat Idzasy-Syamsu Kuwwirat. (Shahihul Jami']

Dari Jubair bin Muth’im, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca surat Ath-Thur dalam shalat maghrib, tidaklah aku mendengar suara yang paling bagus dari beliau. Dalam sebagian riwayat lain: Maka tatkala aku mendengar beliau membaca:

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri?”

Lantas ia mengatakan: Hampir saja jantungku terbang.

Maka cukuplah bagi kamu dengan orang yang bacaannya punya pengaruh bagi seseorang yang mendengarnya , yang menjadi sebab ia mendapatkan hidayah dari Allah , oleh karena itu, sebaik-baik bacaan adalah yang muncul adalah dari kekhusyukan hati. Thawus berkata: Manusia yang paling bagus suaranya dalam membaca Al-Qur’an adalah yang mereka paling takut kepada Allah.

Sungguh apa yang didapati di saat mendengar dan berdzikir dengan dzikir yang masyru’ dari perasaan gemetar, air mata yang menetes dan jasad yang merinding maka ini adalah seutama-utama keadaan yang telah disinggung oleh Al-Kitab dan As-Sunnah.

“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, makasesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Maidah: 118)

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telag menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-A’raf: 54)

“Dia-lah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”

Semua ayat -ayat diatas adalah apa-apa yang menimbulkan tangis karena mengingat keagungan Allah dan kesempurnaan, kebaikannya kepada hambanya serta kesempurnaan Nya.

Ketika membaca Al-Qur’an, mendengarkannya lantunannya, atau merenungi nya , hadirkanlah hatimu ,.. rasakan dengan segenap jiwamu getar-getar Keagungan Nya, rasakan kehadiran Nya .. seakan-akan Rabb berbicara kepadamu melalui ayat-ayat Cinta Nya yang mulia.

Semoga Rahmat Allah Ta'ala menyertai kita bersama. aamiin.


Wallahu a'lam bishawab,--------------

Ramalan Menurut Pandangan Islam

Aisyah ra berkata:

Orang2 bertanya pd Rasul ttg para peramal yg telah ada dizaman Rasul. Beliau bersabda : Mereka tdk ada apa-apanya . Para sahabat bertanya Ya Rasul, mereka kadang2 bisa menceritakan sesuatu yg benar kpd kami. Rasul menjawab : Berita itu berasal dr kebenaran yg dicuri dengar oleh jin, kmdn dibisikkan ke telinga peramal tsb, kmdn dia (jin) menambahnya dgn seratus kebohongan (HR Bukhari Muslim & Ahmad)

Ramalan Menurut Islam

 

Barangsiapa yang mendatangi dukun /peramal kemudian percaya pada apa yg diucapkan , maka sungguh dia telah kufur terhadap apa yg diturunkan kepada Muhammad.
( HR Tirmidzi, Ibnu Majah & Ahmad)

Termasuk padanya tentang mempercayai ramalan hari lahir, zodiak, hitungan nama , weton, "mama " , "ki" , kartu tarot dan sejenisnya ...

Sahabat ...sesungguhnya sesuatu yg akan datang adalah ghaib, yg sengaja ditutup oleh Allah agar manusia memaksimalkan ikthtiar dlm menjalani kehidupan... Bila ikhtiar gagal , maka hendaknya bersabar & ikhlas, bila berhasil banyaklah bersyukur.. Begitulah yg segala... sesuatu hrs kembali kepada Allah

Dijelaskan setan & jin tdk mengetahui berita ghaib. Al Quran menceritakan dlm (QS Saba : 14), jikalah mereka tahu bila Nabi sulaiman telah lama meninggal, tentu mereka akan lari meninggalkannya... hal itu diketahui dr tongkatnya yg termakan rayap.

Dan tiada seorang pun yg dapat mengetahui (dgn pasti) apa yg diusahakannya besok, dan tiada seorangpun dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetehui lagi Maha Mengenal (QS Lukman : 34)

Marilah kita murnikan keimanan kita dan berikhtiar dengan maksimal ...Insya Allah pertolongan , rezeki dan jodoh akan datang dengan jalan yg Allah kehendaki ...

Sekedar berbagi pengetahuan ya sahabat semua ... semoga bermanfaat & Allah merahmati selalu ....amin ..

Amalan Hati Yang Bersih

KEBANYAKAN orang memberi perhatian besar terhadap amalan-amalan zahir. Kita dapati sebagian orang benar-benar berusaha untuk bisa sholat sebagaimana sholatnya Nabi صلی ﷲ علیﻪ و سلم , maka seluruh gerakan-gerakan sholat Nabi yang terdapat dalam hadits-hadits yang shahih berusaha untuk diterapkannya.

 Amalan Hati Menurut Islam


Sungguh ini merupakan kenikmatan dan kebahagian bagi orang yang seperti ini. Bukankah Nabi صلی ﷲ علیﻪ و سلم pernah bersabda:

"Sholatlah kalian sebagaimana aku sholat"

Demikian juga perihalnya dengan haji, kebanyakan orang benar-benar berusaha untuk bisa berhaji sebagaimana haji Nabi صلی ﷲ علیﻪ و سلم , sebagai bentuk pengamalan dari sabda Nabi صلی ﷲ علیﻪ و سلم :

"Hendaknya kalian mengambil manasik haji kalian dariku"

Akan tetapi …

Ternyata banyak juga orang-orang yang memberi perhatian besar terhadap amalan-amalan yang zahir – termasuk penulis sendiri - yang ternyata lalai dari amalan hati.

Sebagai bukti betapa banyak orang yang bisa jadi gerakan sholatnya seratus persen sama seperti gerakan sholat Nabi akan tetapi apakah mereka juga memberi perhatian besar terhadap kekhusyu'an dalam sholat mereka??

Bukankah Nabi bersabda

"Sesungguhnya seseorang selesai dari sholatnya dan tidaklah dicatat baginya dari pahala sholatnya kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, setengahnya" (HR bu Dawud no 761 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Al-Munaawi rahimahullah berkata

"Perbedaan pahala sholat tersebut sesuai dengan perbedaan orang-orang yang sholat berdasarkan kekhusyu'an dan tadabbur (bacaan sholat) dan yang semisalnya dari perkara-perkara yang mendatangkan kesempurnaan sholat" (Faidhul Qodiir 2/422)

Bukankah khusyuk merupakan ruhnya sholat?. Bukankah الله tidak memuji semua orang yang sholat, akan tetapi hanya memuji orang beriman yang khusyuk dalam sholatnya??

الله berfirman (artinya) :

”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya” (Al-Mukminun : 1-2)

Hal ini dengan jelas menunjukan akan pentingnya amalan hati. Oleh karananya Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah berkata;

"Dalam sebuah atsar bahwasanya sungguh dua orang berada di satu saf sholat namun perbedaan antara nilai sholat keduanya sebagaimana antara timur dan barat" (Minhaajus Sunnah 6/137)

Sungguh merupakan perkara yang menyedihkan banyak diantara kita yang memiliki ilmu yang tinggi, melakukan amalan-amalan zahir yang luar biasa akan tetapi dalam masalah amalan hati maka sangatlah lemah. Ada diantara mereka yang sangat mudah marah, sangat tidak sabar, kurang tawakka, yang hal ini menunjukkan lemahnya iman terhadap taqdiir.

Tatkala datang perkara yang genting maka terlihat dia seperti anak kecil yang tidak sabar dan mudah marah, menunjukan lemahnya amalan hatinya. Meskipun ilmunya tinggi, meskipun amalannya banyak, akan tetapi ia adalah orang awam dalam masalah hati. Bahkan bisa jadi banyak orang awam yang jauh lebih baik darinya dalam amalan hati.

Renungkanlah hadits berikut ini sebagaimana dituturkan oleh Anas bin Malik radhiallahu 'anhu:

"Kami sedang duduk bersama Rasulullah صلی ﷲ علیﻪ و سلم , maka beliapun berkata: "Akan muncul kepada kalian sekarang seorang penduduk surga". Maka munculah seseorang dari kaum Anshoor, jenggotnya masih basah terkena air wudhu, sambil menggantungkan kedua sendalnya di tangan kirinya. Tatkala keesokan hari Nabi صلی ﷲ علیﻪ و سلم mengucapkan perkataan yang sama, dan munculah orang itu lagi dengan kondisi yang sama seperti kemarin.

Tatkala keesokan harinya lagi (hari yang ketiga) Nabi صلی ﷲ علیﻪ و سلم juga mengucapkan perkataan yang sama dan muncul juga orang tersebut dengan kondisi yang sama pula. Tatkala Nabi berdiri (pergi) maka Abdullah bin 'Amr bin Al-'Aash mengikuti orang tersebut lalu berkata kepadanya : "Aku bermasalah dengan ayahku dan aku bersumpah untuk tidak masuk ke rumahnya selama tiga hari. Jika menurutmu aku boleh menginap di rumahmu selama tiga hari?. Maka orang tersebut berkata, "Silahkan."

Anas bin Malik melanjutkan tuturan kisahnya :

"Abdullah bin 'Amr bin al-'Aaash bercerita bahwasanya iapun menginap bersama orang tersebut selama tiga malam. Namun ia sama sekali tidak melihat orang tersebut mengerjakan sholat malam, hanya saja jika ia terjaga di malam hari dan berbolak-balik di tempat tidur maka iapun berdzikir kepada الله dan bertakbir, hingga akhirnya ia bangun untuk sholat subuh. Abdullah bertutur : "Hanya saja aku tidak pernah mendengarnya berucap kecuali kebaikan.

Dan tatkala berlalu tiga hari –dan hampir saja aku meremehkan amalannya- maka akupun berkata kepadanya : Wahai hamba الله (fulan), sesungguhnya tidak ada permasalahan antara aku dan ayahku, apalagi boikot.

Akan tetapi aku mendengar Rasulullah صلی ﷲ علیﻪ و سلم berkata sebanyak tiga kali : Akan muncul sekarang kepada kalian seorang penduduk surga", lantas engkaulah yang muncul, maka akupun ingin menginap bersamamu untuk melihat apa sih amalanmu untuk aku contohi, namun aku tidak melihatmu banyak beramal. Maka apakah yang telah menyampaikan engkau sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam?". Orang itu berkata : "Tidak ada kecuali amalanku yang kau lihat".

Abdullah bertutur : "Tatkala aku berpaling pergi maka iapun memanggilku dan berkata : Amalanku hanyalah yang engkau lihat, hanya saja aku tidak menemukan perasaan dengki (jengkel) dalam hatiku kepada seorang muslim pun dan aku tidak pernah hasad kepada seorangpun atas kebaikan yang الله berikan kepadanya".

Abdullah berkata, "Inilah amalan yang mengantarkan engkau (menjadi penduduk surge-pen), dan inilah yang tidak kami mampui." (HR Ahmad 20/124 no 12697, dengan sanad yang shahih)

Perhatikanlah hadits yang sangat agung ini, betapa tinggi nilai amalan hati di sisi الله . Sahabat tersebut sampai dinyatakan sebagai penduduk surga oleh Nabi صلی ﷲ علیﻪ و سلم sebanyak tiga kali selama tiga hari berturut-turut.

Padahal amalan hati yang ia lakukan –yaitu tidak dengki dan hasad- bukanlah amalan hati yang paling mulia, karena masih banyak amalan hati yang lebih mulia lagi seperti ikhlas, tawakkal, sabar, berhusnudzon kepada الله , dan lain-lain.

Namun demikian telah menjadikan sahabat ini menjadi penduduk surga. Padahal amalan zahirnya sedikit, sahabat ini tidak rajin berpuasa sunnah dan tidak rajin sholat malam, akan tetapi yang menjadikannya mulia adalah amalan hatinya.

Hadits ini juga menunjukan bahwa amalan hati jauh lebih berat daripada amalan zahir. Semua orang bisa saja puasa, semua orang bisa saja bangun sholat malam, semua orang bisa saja sholat sesuai sunnah Nabi, semua orang bisa saja berpakaian sebagaimana yang disunnahkan oleh Nabi, akan tetapi ..:

* Betapa banyak diantara kita yang tahu akan bahayanya riyaa namun masih saja terlena dengan kenikmatan semu riyaa', bangga tatkala dipuji hingga kepala membesar hampir sebesar gunung.

* Betapa banyak diantara kita yang tahu akan bahaya 'ujub, akan tetapi tetap saja bangga dengan amalan dan karya sendiri.

* Betapa banyak diantara kita sudah menghapalkan sabda Nabi "Janganlah marah …", akan tetapi hati ini susah untuk bersabar dan menerima taqdir الله yang memilukan.

* Betapa banyak diantara kita yang sudah mengilmui bahwasanya semua taqdir dan keputusan الله adalah yang terbaik akan tetapi tetap saja bersuudzon kepada الله .

* Betapa banyak diantara kita yang sudah mengilmui dengan ilmu yang tinggi bahwasanya Allahlah yang mengatur dan memutuskan segala sesuatu, akan tetapi tetap saja tawakkalnya kurang kepada الله

Nabi صلی ﷲ علیﻪ و سلم pernah bersabda

"Janganlah kalian mencela para sahabatku, kalau seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud maka tidak akan menyamai infaq mereka (kurma atau gandum sebanyak-pen) dua genggam tangan atau segenggam tangan" (HR Al-Bukhari no 3673 dan Muslim no 221)

Perhatikanlah, tahukah para pembaca yang budiman bahwasanya gunung Uhud panjangnya sekitar 7 km dan lebarnya 2 sampai 3 km, dengan ketinggian sekitar 350 meter?. Tentunya kalau ada emas seukuran ini maka beratnya tibuan ton tentunya. Kalau kita memiliki emas sebesar itu, apakah kita akan menginfakkannya?

Lantas kenapa para sahabat mendapat kemuliaan yang luar biasa ini?, mengapa ganjaran amalan mereka sangat besar di sisi الله ?

Al-Baydhoowi berkata :

"Makna hadits ini adalah salah seorang dari kalian meskipun menginfakan emas sebesar gunung Uhud maka tidak akan meraih pahala dan karunia sebagaimana yang diraih oleh salah seorang dari mereka (para sahabat) meskipun hanya menginfakan satu mud makanan atau setengah mud. Sebab perbedaan tersebut adalah karena (mereka) yang lebih utama (yaitu para sahabat) disertai dengan keikhlasan yang lebih dan niat yang benar" (sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 7/34)

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :

"Sesungguhnya amalan-amalan berbeda-beda tingkatannya sesuai dengan perbedaan tingkatan keimanan dan keikhlasan yang terdapat di hati. Dan sungguh ada dua orang yang berada di satu shaf sholat akan tetapi perbedaan nilai sholat mereka berdua sejauh antara langit dan bumi" (Minhaajus sunnah 6/136-137)

Beliau juga berkata,

"Sesungguhnya amalan-amalan lahiriah (zahir) nilainya menjadi besar atau menjadi kecil sesuai dengan apa yang ada di hati, dan apa yang ada di hati bertingkat-tingkat. Tidak ada yang tahu tingkatan-tingkatan keimanan dalam hati-hati manusia kecuali الله " (Minhaajus Sunnah 6/137)

Oleh karenanya الله berfirman (artinya):

“ Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. “ (Al-Hajj : 37)

Tentunya banyak orang yang menyembelih hewan kurban, dan banyak pula yang menyembelih hewan hadyu (tatkala hajian), dan banyak pula orang yang bersedekah dengan menyembelih hewan, akan tetapi bukanlah yang sampai kepada الله darah hewan-hewan tersebut akan tetapi yang sampai kepada الله adalah ketakwaan yang terdapat di hati (lihat minhaajus sunnah 6/137)

Dari sini jelas bagi kita rahasia kenapa الله menjadikan pahala sedikit infaq yang dikeluarkan oleh para sahabat lebih tinggi nilainya dari beribu-ribu ton emas yang kita sedekahkan. Sesungguhnya amalan-amalan hati para sahabat sangatlah tinggi, keimanan para sahabat sangatlah jauh dibandingkan keimanan kita.

Mungkin kita bisa saja menilai amalan dzhohir seseorang, akan tetapi amalan hatinya tidak ada yang mengetahuinya kecuali الله . Para sahabat yang luar biasa amalan zahirnya bisa saja ada seorang tabiin yang meniru mereka akan tetapi yang menjadikan mereka tetap istimewa adalah amalan hati mereka yang sangat tinggi nilainya di sisi الله .

Ibnu Taimiyyah berkata tentang para sahabat,

"Hal ini (ditinggikannya pahala para sahabat-pen) dikarenakan keimanan yang terdapat dalam hati mereka tatkala mereka berinfaq di awal-awal Islam, dan masih sedikitnya para pemeluk agama Islam, banyaknya hal-hal yang menggoda untuk memalingkan mereka dari Islam, serta lemahnya motivasi yang mendorong untuk berinfaq.

Oleh karenanya orang-orang yang datang setelah para sahabat tidak akan bisa memperoleh sebagaimana yang diperoleh para sahabat oleh karenanya tidak akan ada seorangpun yang menyamai Abu Bakr radhiallahu 'anhu. Keimanan dan keyakinan yang ada di hatinya tidak akan bisa disamai oleh seorangpun.

Abu Bakr bin 'Ayyaas berkata مَا سَبَقَهُمْ أَبُو بَكْرٍ بِكَثْرَةِ صَلاَةٍ وَلاَ صِيَامٍ وَلَكنْ بشَىْءٍ وَقَرَ في قَلْبِهِ "Tidaklah Abu Bakr mengungguli para sahabat yang lain dengan banyaknya sholat dan puasa akan tetapi karena sesuatu yang terpatri di hatinya"

Demikian pula para sahabat yang lain yang telah menemani Rasulullah dalam keadaan beriman kepada Nabi dan berjihad bersamanya maka timbul dalam hati mereka keimanan dan keyakinan yang tidak akan dicapai oleh orang-orang setelah mereka.

Sesungguhnya para ulama telah sepakat bahwasanya para sahabat secara umum (global) lebih baik dari para tabi'in secara umum. Akan tetapi apakah setiap individu dari para sahabat lebih mulia dari dari setiap individu dari generasi setelah mereka?, dan apakah Mu'aawiyah radhiallahu 'anhu lebih mulia daripada Umar bin Abdil Aziz rahimahullah??. Al-Qodhi Iyaadh dan ulama yang lain menyebutkan ada dua pendapat dalam permasalahan ini.

Mayoritas ulama memilih pendapat bahwasanya setiap individu sahabat lebih mulia dari setiap individu dari generasi setelah mereka. Ini adalah pendapat Ibnul Mubarok, Ahmad bin Hnbal dan selain mereka berdua.

Diantara argumentasi mereka adalah amalan (zahir) para tabi'in meskipun lebih banyak, sikap adilnya Umar bin Abdil Aziz lebih nampak dari pada sikap adilnya Mu'aawiyah, dan ia lebih zuhud daripada Mu'aawiyah, akan tetapi mulianya seseorang di sisi الله adalah tergantung hakekat keimanannya yang terdapat di hatinya.

Mungkin bisa saja kita mengetahui amalan (zahir) sebagian mereka lebih banyak dari pada sebagian yang lain, akan tetapi bagaimana kita bisa mengetahui bahwasanya keimanannya yang terdapat di hatinya lebih besar daripada keimanan hati yang lain?" (Minhaajus Sunnah An-Nabawiyyah 6/137-139)


Perbedaan Sistem Ekonomi Liberal Sosialis Dan Islam

Kali ini saya akan membahas Perbedaan Sistem Ekonomi Liberal Sosialis Dan Islam, Simak ulasannya berikut ini

 A.Sistem Ekonomi Liberal


Sistem ekonomi liberal adalah sistem ekonomi di mana kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi dilakukan oleh pihak swasta.

Pada sistem ekonomi pasar, pemerintah hanya mengawasi dan melakukan kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan penyelenggaraan negara. Sistem ekonomi pasar sesuai dengan ajaran yang dikemukakan oleh Adam Smith.

Dalam bukunya Adam Smith menganjurkan agar kegiatan ekonomi diserahkan kepada masyarakat. Masyarakat menentukan jenis kegiatan apa yang akan dilakukan untuk mencapai kemakmuran. Jika setiap individu makmur, maka negarapun akan makmur.

Dalam ekonomi pasar pihak swasta menguasai alat-alat produksi, akibatnya pemilikan tidak terbatas. Setiap individu berusaha meningkatkan keterampilan dan kemampuannya untuk menguasai sector ekonomi, sehingga timbullah persaingan untuk maju.

Pada sistem ekonomi para pemerintah bertugas membuat peraturan dan mengawasi pelaksanaannya. Kegiatan ekonomi pemerintah hanya berhubungan dengan penyelenggaraan negara saja. Sistem ekonomi pasar juga disebut ekonomi pertukaran bebas (free exchange economy)

Ciri-ciri sistem ekonomi pasar (liberal) :

  •     Setiap individu bebas memiliki barang dan alat-alat produksi.
  •     Kegiatan ekonomi di semua bidang dilakukan oleh masyarakat (swasta)
  •     Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan ekonomi.
  •     Modal memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi.
  •      Setiap orang diberi kebebasan dalam hal pemakaian barang dan jasa.
  •      Kegiatan produksi dilakukan dengan tujuan mencari laba, bahkan semua kegiatan ekonomi didorong oleh prinsip bola.
  •      Terjadinya persaingan bebas antara pengusaha.

Kebaikan sistem ekonomi pasar (liberal) :


1.  Adanya persaingan mendorong masing-masing individu berusaha untuk maju dan bertindak secara efisien.
2.  Masing-masing orang bebas untuk memilih pekerjaan yang ia sukai sesuai dengan bakatnya.
3.  Produksi didasarkan atas kebutuhan masyarakat.
4.  Adanya persaingan bebas, produsen cenderung untuk meningkatkan kualitas hasil produksi.
5.  Kemungkinan pendapatan dapat ditingkatkan melalui usaha memaksimalkan keuntungan.
6.  Pengembangan usaha yang dilakukan produsen dalam memaksimalkan keuntungan memungkinkan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak.

Kelemahan sistem ekonomi pasar (liberal) :


1.   Persaingan menyebabkan yang kuat semakin kuat yang lemah semakin lemah.
2.   Persaingan dapat menimbulkan monopoli.
3.   Pemerataan pendapatan semakin sulit dicapai di dalam sistem ekonomi pasar.
4.   Memungkinkan dapat menimbulkan sifat-sifat mementingkan diri sendiri.
5.  Terdorong hasrat untuk mendapatkan untuk besar sering kali produsen mengabaikan syarat-syarat perubahan. dan Pemanfaatan sumber alam sering kali tidak menghiraukan lingkungan.


B.Sistem Ekonomi Sosialis



Sosialis adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur tangan pemerintah.

Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata kehidupan perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara seperti air, listrik, telekomunikasi, gas lng, dan lain sebagainya.

Sistem ekonomi sosialis adalah suatu sistem ekonomi dengan kebijakan atau teori yang bertujuan untuk memperoleh suatu distribusi yang lebih baik dengan tindakan otoritas demokratisasi terpusat dan kepadanya perolehan produksi kekayaan yang lebih baik daripada yang kini berlaku sebagaimana yang diharapkan.

Sistem Sosialis ( Socialist Economy) berpandangan bahwa kemakmuran individu hanya mungkin tercapai bila berfondasikan kemakmuran bersama.

Sebagai Konsekuensinya, penguasaan individu atas aset-aset ekonomi atau faktor-faktor produksi sebagian besar merupakan kepemilikan sosial.

 Prinsip Dasar Ekonomi Sosialis :


 1.  Pemilikan harta oleh negara
 2.  Kesamaan ekonomi
 3.  Disiplin Politik

Ciri-ciri Ekonomi Sosialis:


1.  Lebih mengutamakan kebersamaan (kolektivisme).
2.  Peran pemerintah sangat kuat
3.  Sifat manusia ditentukan oleh pola produksi

C.Sistem Ekonomi Islam



M.A. Manan (1992:19) di dalam bukunya yang berjudul “Teori dan Praktik Ekonomi Islam” menyatakan bahwa ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam.

Sementara itu, H. Halide berpendapat bahwa yang di maksud dengan ekonomi islam ialah kumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang dii simpulkan dari Al-Qur’an dan sunnah yang ada hubungannya dengan urusan ekonomi (dalam Daud Ali, 1988:3).

Sistem ekonomi islam adalah sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang di simpulkan dari Al-Qur’an dan sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang di dirikan atas landasan dasar-dasar tersebut yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan masa.

Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam:

 1.   Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt kepada manusia.
 2.   Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
 3.   Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
 4.   Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja.
 5.   Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak orang.
 6.   Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
 7.  Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
 8.   Islam melarang riba dalam segala bentuk.

Ciri-ciri Ekonomi Islam:


 1.   Aqidah sebagai substansi (inti) yang menggerakkan dan mengarahhkan kegiatan ekonomi
 2.   Syari’ah sebagai batasan untuk memformulasi keputusan ekonomi
 3.  Akhlak berfungsi sebagai parameter dalam proses optimalisasi kegiatan ekonomi